PENDIDIK
DAN ANAK DIDIK
Pendidik
adalah orang dewasa yang membina anak,agar anak bisa menuju ke arah kedewasaan.
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dan anak didik sebagai sasarannya. Anak didik mengalami pendidikan dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik memiliki peran
yang menentukan, karena pendidik kunci utama dalam pendidikan. Seperti yang
dijelaskan Langeveld bahwa pendidikan ialah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan
harus orang dewasa karena tidak mungkin pendidikan membawa anak sebagai manusia
belum dewasa dibawa kepada kedewasaannya oleh manusia yang belum dewasa. Jadi
pendidikan harus manusia yang sudah dewasa, dan pendidikan bukan hanya nasihat,
anjuran, perintah, dan hanya larangan saja, melainkan dengan gambaran
kedewasaan di dalam pergaulan pendidik dan anak didik.
Menjadi dewasa dan kedewasaan akan
menyangkut persoalan moral dan susila serta kesusilaan.orang dewasa akan
bertanggung jawqab atas perbuatannya, dan pada dirinya telah terjadi keharmonisan
antara jasmani dan rohani kepribadiannya, baik psikologis maupun moralnya.
Orang dewasa merupakan manusia yang sudah mandiri, tidak tergantung pada orang
lain, tidak tergantung kepada pendapat orang lain tentang harga dan martabat
dirinya, dan kesanggupannya untuk membedakan gejala-gejala keanakan,
kedewasaan.
Jenis-Jenis Pendidikan
Pebdidikan
sebagai orang yang bertanggung jawab membimbing anak untuk mencapai kedewasaan,
dibedakan kepada dua jenis, yaitu pertama pendidikan karena keharusan atas
kewajaran kehidupan, sedangkan yang kedua adalah pendidikan karena diserahkan
tugas untuk mendidik anak. Pendidikan pertama ialah pendidikan yang disebabkan
kewajaran tanggung jawab untuk membimbing anak. Pendidikan kedua ialah
pendidikan yang memperoleh tugas, karena orang tua untuk sementara tidak mampu
melaksanakan pendidikan.
1.
Orang
tua
Pendidikan
pertama muncul karena adanya anak. Segera setelah lahirnya anak, orang tua,
dengan secara wajar alamiah dan kodratik mereka menjadi pendidik. Orang tua
secara wajar menjadi pendidik langsung karena kenyataan anak lahir dalam
keadaan tidak berdaya. Ketidak berdayaan anak dalam dua hal yaitu tidak berdaya
ubtuk mengurus dirinya sebdiri dan tidak bedanya untuk mengembangkan diri
sendiri. Karenanya mereka membutuhkan bantuan oranglain.
Orang
tua sebagai pendidik pertama dan utama memilikiperan yang besar, karena orang
tua bukan hanya sekedar mendidik anak agar menjadi besar, pandai dalam erbagai
hal, tapi mereka juga harus membantu perkembangan anak dalam segi kemanusiaan,
hati nurani, dan moralnya agar bertakwa kepada Allah Swt. Menurut Mazhahiri
yang terdapat dalam buku pedagogik edisi refisi halaman 114, pengaruh orang tua
sangat besar terhadap masa depan anak dan nasib anak apakah anak akan mendapat
kebahagiaan atau kesengsaraan. Beliau memberikan contoh orang tua yang tidak
mempersoalkan sumber harta kekayaannya, apakah diperoleh secara halal atau
haram. Kemudian dimakannya oleh anaknya. Kal tersebut akan berpengaruh langsung
terhadap waktu yang buruk dan menyimpang pada diri anak.
2.
Guru
Pendidik
kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik. Dalam Undang-Undang No.
14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidikan profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengerahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam kenyataan guru secara
fungsional dianggap oleh anak didiknya sebagai pendidik, yaitu orang yang dapat
menjelaskan segala sesuatu yang sifatnya bukan pengajaran, beliau dianggap
orang yang dapat memberi nasihat dalam pembentukan kepribadian siswa. Guru
berfungsi sebagai pendidik dan pengajar, tidak hanya itu saja guru juga menjadi
contoh dan teladan bagi siswa-siswanya.
Untu
kenjadi seorang pendidik ada beberapa yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:
a. Guru
harus sudah memiliki kedewasaan
b. Guru
harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan
c. Guru
harus mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya
d. Guru
harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak didik
e. Guru
harus mengenal masing-masing anak sebagai pribadi
f. Guru
harus menjadi seorang pribadi.
Ciri-ciri pendidik
Ciri utana seorang pendidik adalah
adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik.
1.
Mengenal anak didik
Seorang pendidik harus mengenal anak didiknya, baik
secara umum maupun secara khusus satu persatu anak didiknya.
2.
Membantu anak didik
Sebagai
seorang pendidik harus mau membantu amak didiknya, dan bantuannya harus sesuai
dengan yang diharapkan anak didiknya.
Syarat-syarat pendidik
Edi suardi (1984 dalam buku
pedagogik halaman 116) mengungkapkan bahwa seorang pendidik harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu :
1.
Seorang pendidik harus
mengetahui tujuan pendidikan
2.
Seorang pendidik harus
mengenal anak didiknya
3.
Seorang pendidik harus
mengetahui dan mengenal alat pendidikan
4.
Seorang pendidik harus
bersedia membantu anak didik
5.
Seorang pendidik harus
mampu menyatu padukan (beridentifikasi).
ANAK DIDIK
Ank
didik merupakan seorang yang sedang berkembang, memiliki potensi tertentu, dan
dengan bantuan pendidikan ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal.
Tirtarahadja, (2000 dalam buku pedagogik halaman 120) mengemukakan 4
karakteristik yang dimaksudkan, yaitu:
a.
Individu yang memiliki
potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan makhluk yang unik.
b.
Individu yang sedang
berkembang
c.
Individu yang
membutuhkan bimbinhan individual dan perlakuan manusiawi
d.
Individu yang memiliki
kemampuyan untuk mandiri
Ciri-ciri anak didik :
1.
Kelemahan dan ketidak
berdayaan
Kelemahan yang dimiliki oleh anak ialah kelemahan
rohani dan jasmani, kelemahan dan ketidak berdayaan anak makin lama makin
hilang karena bantuan dan bimbingan pendidikan. Pendidikan akan berhenti jika
kelemahan dan ketidak berdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan,
yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa.
2.
Anak didik adalah
makhluk yang ingin berkembang
Alasan berkembang untuk mengetahui dan mendapatkan
hal-hal yang perlu adalah ketidak berdayaan itu sendiri. Keinginan berkembang mendorong
anak untuk giat, itulah yang menyebabkan anak untuk giat, itulah penyebab
adanya pertmuan atau pergaulan yang disebut pendidikan. Tanpa keinginan
berkembang pada anak, perkembangan sulit untuk terjadi.
3.
Anak didik yang ingin
jadi diri sendiri
Anak didik ingin menjadi dirinya sendiri,
itu sangat penting karena dalam bergaul di lingkungan masyarakat, seorang
individu harus menjadi dirinya sendiri. Jika tidak demikian individu tersebut
akan menjadi orang yang penurut, manusia massa yang tak punya pribadi.
Pendidikan yang tidak memperhatikan anak yang ingin menjadi diri sendiri adalah
pendidikan yang bersifat otoriter bahkan memaksa, dan dapat mematikan pribadi
anak didik yang sedang tumbuh.
INTERAKSI PEDAGOGIS
ANTARA PENDIDIK DENGAN ANAK DIDIK
Interaksi merupakan suatu pergaulan
antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia
mandiri, manusia dewasa. Interaksi pedagogis padadasarnya adalah komunikasi
timbal balik antara anak didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan.
1. Pendidikan berarti
komunikasi
Pendidik dan anak didik akan berkomunikasi, dalam arti
komunikasi dua arah. Berkomunikasi berarti hubungan timbal balik, seolah
bercakap-cakap antara kedua belah pihak, bukan sekedar bercerita. Kegiatan
pendidikan bukan serarti berkomunikasi sepihak seolah-olah hanya orang tua atau
guru saja yang boleh berfikir, sekali lagi harus berkomunikasi timbal balik.
Dalam berkomunikasi antara pendidikan dengan anak didik ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Menyediakan
situasi yang baik
Menyediakan suasana
yang baik merupakan suatu upaya yang harus dilakukan pendidik. Anak yang
bergaul dengan orang yanug tidak baik maka ia akan cenderung tidak baik, dan
sebaliknya anak yang bergaul dengan orang-orang yang baik maka ia akan cenderung
baik. Menyediakan situasi yang baik bukan hanya mengenai dunia mati, lingkungan
alam dan kebendaan, namun menyedian lingkungan yang baik berarti pula
memberikan suasana pergaulan yang baik. Selain lingkungan alam dan kebendaan
harus baik, suasana pergaulan dalam keluarga dan lingkungan yang lebih besar
harus baik pula. Hal itu merupakan contoh yang baik.
b. Mengikati
irama anak
Setiap anak berkembang
dalam suatu cara yang berbeda, ada anak yang mengalami tempo perkembangan yang
cepat dan ada pula yang lambat. Tiap anak di karuniai dengan ber bagai
kemungkinan untuk berkembang dan kemungkinan itu tidak sama bagi setiap anak. Membantu
untuk berkembang merupakan kewajiban pendidikan,namun mengubah itu suatu upaya
yang sulit untuk dilakukan.
2. Syarat interaksi
pedagogis
Interaksi pedagogis
akan berlangsung apabila terdapat beberapa hal:
1)
Rasa tenang pada anak
didik
Suatu interaksi
pedagogis hanya mungkin terjadi kalau pada anak didi ada suatu perasaan bahwa
ia dapat berkembang dengan tenang. Ketenangan sebagai akibat adanya suatu
perasaan pada diri anak bahwa dirinya aman. Aman dalam arti karena ia percaya
pada pendidikan bahwa pendidik akan memberikan suatu bantuan yang diberikan
padanya.
2)
Hadornya kewibawaan
Anak didik secara
relatif merasa dirinya tidak berdaya. Dikatakan relatif karena tidak berdayanya
anak didik tidak berarti benar-benar tidak berdaya. Pengertian relatif artinya
tidak berdaya dibandingkan dengan pendidikan. Selama jarak antara anak didik
dengan pendidik ada, maka anak didik dikatakan secara relatif tidak berdaya.
Dan pendidik memberikan yang ia perlukan untuk perkembangannya, maka interaksi
dan komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.
3)
Kesediaan pendidikan
membantu anak didik
Interaksi pedagogis
akan terjadi apabila dari pihak pendidik adakesediaan atau kerelaan untuk
membanu anak didik. Syarat ini mutlak perlu karena tanpa kesdiaan pendidik
membatu anak didik, perasaan aman pada anak tidak akan pernah hadir, dan
tentunya interaksi akan terganggu, dan akibat seterusnya tentu interaksi tidak
berjalan. Pada pendidik yang wajar kesediaan untuk membantu itu berubah bentuk
menjadi rasa kasih sayang pada anak didik. Jadi kerelaan atau kesediaan
membantu, itu merupakan syarat mutlak untuk terciptanya situasi interaksi
pedagogis.
4)
Perhatikan minat anak
Dalam interaksi
pedagogis pendidik harus memperhatikan minat anak didik, karena dalam diri anak
didik akan muncul perasaan bahwa interaksi yang dijalani dengan pendidik yang
sedang dijalani akan berguna bagi dirinya. Lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak didik akan diterima dengan senang oleh anak.dan
untuk menarik minat anak didik pendidik akan berusaha dengan berbagai cara
untuk membuat anak didik aktif melaksanakan kegiatan pendidikan.
3. Interaksi pedagogis
dalam pembelajaran di sekolah
1.
Karakteristik interaksi
pedagogis di sekolah
a.
Interaksi atas dasar
tugas dan peran masing-masing
Dalam situasi
belajar-mengajar ditandai dengan hubungan peran dan tugas, diman hubungan
pendidik untuk pertama kali tidak didasrkan atas kecintaan atau hubungan kasih
sayang seperti orang tua dan anak. Di sekolah hubungn tersebut bis muncul
karena tugas dan peranan masing-masing disaat keduanya bekerjasama dan saling
berhubungan.
b.
Ada tujuan
Dalam interaksi
belajar-mengajar selalu bertujuan untuk mencapai sesuatu demi kepentingan
perdik. Dalam proses belajar menganjar dalam kelas berdasarkan tujuan kurikuler
dan inastruksional.
c.
Kemauan guru untuk
membantu
Dalam interaksi
pembelajaran ditandai dengan kemauan guru untuk membantu murid mencapai sesuatu
kepandaian atau keterampilan serta sikap tertentu. Dan sebaliknya, murid
berangapan bahwa guru dapat membantunya dalam hal-hal tertentu didalam
perkembangannya. Karena itu lahir sikap menghargai atau menghormati serta
mentaati guru sebagai pengakuan murid pada kewibawaannya.
d.
Prosedur yang
direncanakan dalam mencapai tujuan
Dalam interaksi
pembelajaran tidak dapat melakukan sesuatu atas kemauan sendiri. Ada urutan
kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk
menjalankan langkah dan prosedur yang sesuai dengan tjuan guru harus
menggunakan metode dan peralatan. Metode itu harus cocok dengna bahan dan
urutannya dan sudah tentu akan menggunakan alat pelajaran atau alat bantu yang
tepat. Kalau tidak demikian maka interaksi tersebut akan terhambat.
e.
Ditandai dengan satu
garapan materi
Materi adalah alat
untuk mencapai tujuan suatu pelajaran tertentu. Dan bahan disiapkan sebelum
proses belajar-mengajar berlangsung, sesuai dengan tahap perkembangan
penguasaan bahasa anak-anak dengan syarat-syarat khusus yang cocok.
f.
Interaksi pembelajaran
ditandai dengan aktifitas anak.
Interaksi mampu membuat
anak aktif dalam pembelajaran, misalnya dengan bertanya, menerangkan, memberi
tugas, mendorong, memancing, memberi motivasi kepada murid sehingga inteaksi
itu berjalan. Akan tetapi aktifnya murid bukan berarti fasifnya guru. Keduanya
aktif dan saling bekerjasama menggarap materi tertentu, bersama-sama mengolah
bahan.
g.
Guru mengambil peranan
membimbing
Membimbing diartikan
menghidupkan interaksi, yaitu menjadi motor dari proses belajar-mengajar dan
sebagai motivator, dan guru menjadi tokoh utama dalam interaksi.
h.
Di dalam suatu
interaksi pembelajaran ada suatu disiplin
Disiplin merupakan
suatu pola tingkah laku yang di atur dan di tata oleh guru dan murid, dan
memiliki suatu prosedur. Jika prosedur sudah di tetapkan maka semua pihak yang
berkaitan dilarang untuk menyimpang.
i.
Ada batas waktu
Didalam suatu sistem
Berkelas batas waktu menjadi suatu ciri untuk mencapai suatu tujuan
instruksional tertentu.
j.
Interaksi
belajar-mengajar individu
Pada interaksi ini anak
banyak mendapat kesempatan untuk mengalami berbagai proses belajar, karena guru
hanya berhadapan dengan seorang anak, sehingga dapat memberi banyak kesempatan
pada perdik.
k.
Interaksi
belajar-mengajar berkelompok
l.
Interaksi
belajar-mengajar dengan tim guru
Meskipun cara ini
banyak memberikan keuntungan, yaitu terintegrasinya bahan pelajaran, akan
tetapi cara tersebut jarang dapat dilakukan karena memang kesempatan untuk itu
jangan diperoleh.
2.
Aspek-aspek pendidikan
Manusia merupakan
makhluk jasmani dan rohani, yang pada hakikatnya secara rohaniah adalah sebagai
makhluk individual dan makhluk sosial. Langeveld menjelaskan tentang dasar
antropologi manusia ( hakikat manusia ) yaitu : individualis, sosialitas dan
moralitas. Selain ketiga dasar antropologias tersebut adalah makhluk
berketuhanan. Atas dasar hakikat manusia tersebut, interaksi pembelajaran di
sekolah, harus menyangkut aspek-aspek pendidikan, seperti dikemukakan oleh
Ahamdi binUhbiyati ( 2001, 16-23 ), yaitu : pendidikan budi pekerti, pendidikan
( kecerdasan, social, kewarganegaraan, keindahan/estetika, jasmani, agama dan
kesejahteraan keluarga ).
a.
Pendidikan Budi Pekerti
Budi pekerti berkaitan
dengan akhlak manusia merupakan aspek fundamental dalam kehidupan manusia baik
secara individu maupun masyarakat agar terbentuk manusia yang berwatak dan
bermoral. Tujuannya untuk membedakan antara yang baik dan tidak baik.
Pendidikan ini mencakup dua aspek yaitu pembentukan kata hati ( peka terhadap
sesuatu yang baik dan buruk ) dan pembentukan kemauan ( mengerjakan yang baik
dan meninggalkan yang tidak baik ).
b.
Pendidikan Kecerdasan
Bertujuan agar anak
dapat berfikir secara kritis, logis dan kreatif. Berfikir kritis berarti dengan
cepat mampu melihat hal yang baik dan tidak baik dalam kehidupannya. Berfikir
logis berarti mampu mmembandingkan dan menarik kesimpulan antara masalah yang
satu dengan yang lainnya. Berfikir kreatif berarti mampu menemukan hal-hal yang
baru.
Untuk melatih anak
berfikir, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sbb :
-
Hindarkan sifat
verbalistis dalam pengajaran dan hanya
menggunakan kata-kata saja dibantu oleh alat peraga lainnya.
-
Sajikan pengajaran
dalam bentuk pemecahan masalah.
-
Dalam pembelajaran
hendaknya siswa dihadapkan pada situasi nyata yang harus dipecahkan.
-
Usahakan aktivitas
dalam praktek untuk menyelidiki dan menguji kebenaran pengetahuan yang
diperoleh dari buku.
-
Latihlah murid untuk
mebuat suatu laporan.
c.
Pendidikan Sosial
Manusia senantiasa
hidup dalam kelompok kecil ( keluarga ) maupun besar ( marga ). Untuk
mendapatkan itu semua, anak harus dapat menyesuaikan diri dan diperlukan
sifat-sifat sabar, ramah, ramah, santun, tolong menolong, saling menghargai,
menghormati dll. Tujuannya adalah agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
bersama dan aktif dalam kehidupan bersama tersebut.
d.
Pendidikan
Kewarganegaraan
Pendidikan ini mendidik
anak agar menjadi warga yang baik, utuh dan berguna bagi masyarakat dan negara
yang tahu akan hak dan kewajibannya terhadap nilai-nilai kemanusian, kebenaran
dan keadilan serta sanggup membela dan memperjuangkannya.
e.
Pendidikan Keindahan (
Estetika )
Bertujuan agar dapat
memiliki rasa keharuan terhadap keindahan, memiliki rasa keharuan terhadap keindahan,
lalu dapat menghargai dan menikmati keindahan.
f.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani
tidak hanya untuk latihan jasmani saja, tetapi pendidikan jasmani juga
bertujuan untuk pembentukan watak.
g.
Pendidikan Agama
Pendidikan agama
bertujuan untk membiasakan peserta didik melakukan rutinitas keagamaan.
h.
Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga
Pendidikan ini
bertujuan meningkatkan taraf kehidupan dan penghidupan keluarga untuk mencapai
terwujudnya keluarga sejahtera secara utuh. Secara khusus disekolah untuk
memperdalam keinsyafan anak akan perlunya hidup damai, rukun, hemat, cermat,
sehat sejahtera dalam ikatan keluarga, dan memunculkan minat anak dalam
berpartisipasi mengurus keluarga.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking