MAKALAH[1]
KARAKTERISTIK, PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK
TUNAGRAHITA
Dewi
Yanti (1105466)
Yuda Ferdian
(1105345)[2]
Abstrak.
Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas berada di
bawah rata-rata atau normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku
penyesuaian dan terjadi dalam periode perkembangan. Batasan tersebut dengan
jelas menekankan signifikan dalam penyimpangan, artinya apabila keterlambatan
intelektual itu hanya sedikit saja di bawah normal maka anak tersebut tidak
termasuk tunagrahita.“Keterhambatan itu harus jelas sehingga membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus”. Dari batasan tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam memandang seseorang individu termasuk tunagrahita atau tidak
minimal harus memiliki 3 komponen yaitu: kecerdasan di bawah rata-rata,
kesulitan dalam perilaku adaptif dan terjadi dalam masa perkembangan.Dengan
demikian jelaslah bahwa individu dikatakan tunagrahita apabila memiliki
indikator-indikator yang jelas dapat dipertanggungjawabkan, sehingga mereka
membutuhkan layanan pendidikan khusus sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
Kata
Kunci : Anak
Berkebutuhan Khusus, Tunagrahita.
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pelaksanaan pendidikan di beberapa sekolah khususnya sekolah
luar biasa belum dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan anak, masalah, dan
kemampuan anak. Guru cenderung hanya mengejar keterlaksanaan apa yang
ditargetkan dalam kurikulum semata. Padahal, cirri khas dalam penyelenggaraan
pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah selalu berorientasi pada kebutuhan
anak. Layanan pendidikan lebih ditekankan kepada layanan individual. Hal ini
dikarenakan kebutuhan dan kemampuan setiap anak berbeda- beda. Layanan pendidikan
yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, masalah, dan kemampuan anak.
Dalam
upaya memahami masalah dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, seorang
guru membutuhkan data yang akurat berkenaan
dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi setiap anak didiknya. Untuk dapat
menggali data dan informasi tentang kebutuhan dari masalah yang dihadapi anak, Mahasiswa khususnya
calon pendidik dapat melakukannya melalui kegiatan yang
disebut Observasi dan Wawancara. Observasi dan Wawancara dapat dipandang
sebagai suatu upaya pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak. Untuk itu, Observasi
dan Wawancara sangat penting untuk dipergunakan sebagai bahan untuk mngumpulkan
informasi informasi yang berkenaan dengan ABK untuk kepentingan belajar dan
mengajar di sekolah khususnya di kelas inklusi.
2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini adalah sebagai berikut
:
a.
Bagaimana
cara mendidik Anak Tunagrahita
di Sekolah ?
b.
Bagaimana
klasifikasi Anak Tunagrahita
?
c.
Bagaimana
karakteristik Anak Tunagrahita
?
d.
Apa Faktor penyebab Tunagrahita?
e.
Bagaimana Pendidikan untuk Anak Tunagrahita
3.
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
melengkapi tugas mata
kuliah
Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
b.
Untuk
mengetahui bagaimana karakteristik Anak Tunagrahita
c.
Untuk
mengetahui gambaran bagaimana cara mendidik dan mengajar anak Tunagrahita di Sekolah
d.
Untuk
memberikan informasi kepada para pembaca bagaimana keadaan fisik maupun mental
serta penyebab ketunaan pada anak berkebutuhan khusus, khususnya pada Anak
penderita Tunagrahita
4.
Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini
adalah sebagai berikut :
a.
Bisa
mempelajari dan mengetahui cara mendidik dan mengajarkan Anak Tunagrahita
b.
Bisa
mengetahui karakteristik dan pendidikan Anak-Anak Tunagrahita
c.
Memperdalam
pengetahuan kita tentang Anak Tunagrahita
5.
Pelaksanaan Observasi
Tempat :
SDN Cisalak 3
Alamat : Depok, Jawa Barat
Hari/
tanggal :
Jum’at /
15 November
2013
Waktu : Pukul 07.30
s/d 11.00 WIB
6.
Metode
a.
Observasi
Dengan melakukan pengamatan-pengamatan
terhadap anak saat proses pembelajaran di sekolah dan juga contoh-
contoh hasil pekerjaan anak.
b.
Wawancara
Dengan mewawancarai kepala seklah, guru dan orang tua.
c.
Angket
Instrumen angket untuk memberikan
daftar check list pada pertanyaan- pertanyaan yang ada yang berkaitan dengan
konsisi peserta didik, guru dan sekolah.
7.
Sumber data
Sumber
data yang diperoleh berasal dari Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder,
Adapun Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder yaitu sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer :
Data yang
di peroleh yaitu dari wawancara dengan Bpk. Dani Kurniadi (Kepala Sekolah), Bpk. Supriono (Guru) dan
Ibu Nurosidah (Orang Tua Murid)
b. Sumber Data Sekunder :
Selain
dari metode wawancara, data yang di peroleh di ambil dari jurnal yang di
ambil dari internet,dan
buku mengenai Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ).
B.
KAJIAN KONSEP
1.
Pengertian
Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata (Somantri, 2006). Tunagrahita sering disepadankan
dengan istilah-istilah, sebagai berikut: Lemah pikiran (Feeble Minded), Terbelakang
mental (Mentally Retarded), Bodoh atau dungu (Idiot), Pandir (Imbecile),
Tolol (Moron), Oligofrenia (Oligophrenia), Mampu Didik (Educable),
Mampu Latih (Trainable), Ketergantungan penuh (Totally Dependent)
atau butuh rawat, Mental Subnormal, Defisit Mental, Defisit Kognitif, Cacat
Mental, Defisiensi Mental, Gangguan Intelektual.
Pengertian
Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD
dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum
di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang
muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
(wikipedia, 2013)
Tunagrahita
ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah
cacat ganda. Seseorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat
kecerdasan yang terganggu(Lala, 2011).Istilah cacat ganda yang digunakan
karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat
intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan
(cacat mata).Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Namun, tidak
semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik.Contohnya pada tunagrahita ringan.
Masalah tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang
kurang. Secara global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus
yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial
yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang
maksimal.
2.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Berbagai macam cara digunakan oleh
para ahli dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita. Berikut ini Efendi (2006:
89-90) dalam bukunya mengklasifikasikan anak tunagrahita sebagai berikut:
Seorang dokter dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada tipe
kelainan fisiknya, seperti tipe mongoloid, microcephalon,
cretinism, dan lain-lain. Seorang pekerja sosial mengklasifikasikan
anak tunagrahita didasarkan pada derajat kemampuan penyesuaian diri atau
ketidak tergantungan pada orang lain, sehingga untuk menentukan berat ringannya
ketunagrahitaan dilihat dari tingkat penyesuaiannya, seperti tidak tergantung,
semi tergantung, atau sama sekali tergantung pada orang lain.
Klasifikasi anak tunagrahita dapat
di bagi dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu sebagi berikut:
a.
IQ
kurang dari 80-100 = lemah berpikir.
b.
IQ
antara 60-80 = debil
c.
IQ
antara 20-60 = imbisil
d.
IQ
di bawah dari 20 = idiot (Widati dan Murtadlo, 2007: 266).
Klasifikasi anak tunagrahita juga dijelaskan oleh Astuti dan
Walentiningsih (2011: 30-31) dalam bukunya yaitu terbagi menjadi tiga yakni
tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Dari tiga
klasifikasi tersebut mempunyai karakterisik masing-masing yaitu:
a.
Tunagrahita
ringan:
·
Tunagrahita
ringan disebut juga maron atau debil.
·
Memiliki
IQ antara 68-52 atau 69-55.
·
Mampu
belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
·
Mampu
dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti
pekerja laundry pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga,
dan pekerja pabrik dengan sedikit pengawasan.
·
Pada
umumnya tidak mengalami gangguan fisik (tampak seperti anak normal).
·
Pada
usia 16 tahun tingkat kecerdasannya sama dengan anak kelas tiga/ lima SD
·
Kematangan
belajar membaca dicapai padausia 9 sampai dengan 12 tahun.
b.
Tunagrahita
sedang:
·
Tunagrahita
sedang disebut juga imbesil.
·
Memiliki
IQ antara 51-36 atau 54-40.
·
Mampu
mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya. Seperti menghindari
kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dll.
·
Sangat
sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti membaca, menulis, dan
berhitung sederhana. Namun, bisa diatasi dengan latihan setiap hari.
·
Mampu
menulis secara sosial, misalnya menuliskan nama sendiri dan alamat rumah
·
Membutuhksn
pengawasan yang terus menerus.
·
Dapat
bekerja di tempat kerja terlindung.
c.
Tunagrahita
berat:
·
Tunagrahita
berat sering disebut idiot.
·
Memiliki
IQ antara 33-22 atau 39-25.
·
Tergantung
pada orang lain.
·
Tidak
mengenali bahaya.
·
Selalu
tidak mampu mengurus diri sendiri.
·
Memerlukan
perawatan secara total dalam kehidupan sehari-hari. Memerlukan perlindungan
dari bahaya sepanjang hidupnya.
·
Tingkat
kecerdasannya setara dengan anak usia 4 tahun.
3.
Faktor Penyebab
Tunagrahita
(Ratri, 2012) Ada berbagai faktor
yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Beberapa ahli membagi
faktor-faktor penyebab ini menjadi beberapa kelompok. Strauss mengelompokkan
faktor-faktor tersebut menjadi dua gugus, yaitu endogen dan eksogen.Suatu
faktor dimasukkan dalam gugus endogen jika letaknya pada sel keturunan,
sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksogen adalah hal-hal di luar faktor
keturunan, misalnya infeksi dan virus yang menyerang otak, benturan, radiasi,
dsb.
Kalangan
lain membagi dalam 2 faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor individu. Cara
lain yang juga sering digunakan dalam pengelompokkan faktor-faktor penyebab
ketunagrahitaan adalah membaginya dalam 3 gugus, jika disusun secara kronologis
adalah : (1) faktor yang terjadi sebelum anak lahir (prenatal), (2) faktor yang
terjadi saat dilahirkan (natal atau perinatal), dan (3) faktor yang terjadi
sesudah dilahirkan (postnatal). Istilah prenatal, natal, dan postnatal bukanlah
penyebab, melainkan waktu terjadinya penyebab. Berikut adalah faktor penyebab
ketunnagrahitaan :
Faktor
keturunan terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada
wanita disebut sel telur (ovarium).
1)
Mengenal
Kromosom
Dalam
inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, yang terdiri atas 22 pasang
autosom yang tidak menentukan jenis kelamin dan satu pasang gonosom yang
menentukan jenis kelamin (laki-laki XY, wanita XX). Kelainan-kelainan dapat
terjadi baik pada kromosom maupun pada gene.
2)
Kelainan
Kromosom
Kelainan
kromosom dapat dilihat baik dari bentuk maupun dari nomornya. Dilihat dari
bentuknya, kelainan kromosom dapat berupa: (1) inversi, (2) delesi, (3)
duplikasi, dan (4) translokasi. Inversi ialah kelainan yang mengakibatkan
berubahnya urutan gene karena melilitnya kromosom. Delesi merupakan akibat dari
kegagalan meiosis yang salah satu pasangan tidak membelah sehingga
mengakibatkan kurangnya kromosom tersebut di salah satu sel. Duplikasi juga
merupakan kegagalan meiosis yaitu akibat kromosom tidak berhasil menceraikan
diri sehingga terdapat kelebihan kromosom pada sel yang lain. Sedangkan
translokasi, terjadi karena adanya kromosom yang patah, lalu patahannya
menempel pada kromosom yang lain.
3)
Gangguan
Metabolisme dan Gizi
Kegagalan
dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada individu. Berikut
adalah gangguan nyang disebabkan kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi,
4)
Infeksi
dan Keracunan
Penyebab
ketunagrahitaan adalah adanya adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya
penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit
tersebut adalah : Rubella, Syphilis Bawaan dan Syndrome Gravidity Beracun
5)
Trauma
dan Zat Radioaktif
Janin
yang terkena zat radioaktif setelah tiga bulan kehamilan mengakibatkan bayi
menderita microcephaly dan tunagrahita disertai dengan ketidaknormalan pada
kulit, serta kelainan organ visual.
6)
Masalah
Pada Kelahiran
Kelainan
dapat juga disebabkan oleh masalah yang terjadi pada waktu kelahiran, misal
kelahiran yang disertai hypoxia dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan
menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek.
7)
Faktor
Lingkungan (Sosial Budaya)
Permasalahan
yang berasal dari faktor lingkungan bermacam-macam, seperti kegagalan dalam
melaksanakan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan, tingkat
soosial ekonomi rendah, latar belakang pendidikan orang tua, masalah afeksi
(kasih sayang), serta kurangnya kontak pribadi dengan anak.
Anak tunagrahita adalah anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata.Anak tunagrahita memiliki
keterbatasan intelegensi, terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan
berhitung, menulis dan membaca. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian
atau cenderung belajar dengan membeo.Disamping memiliki keterbatasan
intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri
sendiri dalam masyarakat.Selain itu, juga memiliki keterbatasan dalam
penguasaan bahasa.
4.
Karakteristik Anak Tunagrahita
Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa
karakteristik anak tunagrahita yaitu penampilan fisik tidak seimbang, tidak
dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya, perkembangan
bicara/bahasanya terhambat, kurang perhatian pada lingkungan, koordinasi
gerakannya kurang dan sering mengeluarkan ludah tanpa sadar. Selain itu ada
beberapa pendapat dari orang ahli dari seluruh dunia, yaitu:
a.
James
D Page yang dikutip oleh Suhaeri H.N (Amin: 1995) menguraikan karakteristik
anak tunagrahita sebagai berikut:
1)
Kecerdasan.
Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak.
Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote-learning) bukan
dengan pengertian.
2)
Sosial.
Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri.
Ketika masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus, disingkirkan dari
bahaya, dan diawasi waktu bermain dengan anak lain.
3)
Fungsi-fungsi
mental lain. Mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, pelupa dan sukar
mengungkapkan kembali suatu ingatan. Mereka menghindari berpikir, kurang mampu
membuat asosiasi dan sukar membuat kreasi baru.
4)
Dorongan
dan emosi. Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai
dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing. Kehidupan emosinya lemah, mereka
jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
5)
Organisme.
Struktur dan fungsi organisme pada anak tunagrahita umumnya kurang dari anak
normal. Dapat berjalan dan berbicara diusia yang lebih tua dari anak normal.
Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan di antaranya banyak yang mengalami
cacat bicara.
b.
Menurut The American
Association on Mental Deficiency (AAMD, 1983):
Bahwa
seseorang anak dikategorikan tunagrahita apabila memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) fungsi intelektual umum
(kecerdasannya) di bawah rata-rata secara sigifican (jelas, nyata), ditafsirkan
mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) 70 atau di bawahnya, (2) mengalami hambatan dalam daptasi tingkah laku
sesuai tuntutan budaya dimana ia tiinggal, dan (3) terjadinya selama
periode perkembangan mental, yaitu sampai usia kronologis 18 tahun. Dengan demikian, jika anak itu tidak memiliki
ketiga karakteristik tersebut atau hanya kurang sedikit dari anak lain
yang normal, maka tidak termasuk tunagrahita.
c.
Menurut AAMR (1992):
Tunagrahita
merujuk kepada fungsi intelektual umum yang berada di bawah rata-rata secara
signifikan (merujuk kepada hasil tes inteligensi individu, berarti skor IQ dua
standard deviasi atau lebih di bawah rata-rata) yang berkaitan dengan hambatan
dalam perilaku adaptif (merujuk kepada: derajat dimana terpenuhi standard
individu dari independensi personal dan respansibilitas sosial yang diharapkan dari
umur dan kelompok budaya, atau merujuk kepada 10 keterampilan adaptif, yaitu:
komunikasi, merawat diri, kehidupan keseharian, keterampilan sosial, penggunaan
komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, waktu luang, dan karya) yang terjadi selama
periode perkembangan (dari lahir sampai usia 18 atau 22 tahun). (Rianto, 2012).
5.
Pendidikan Dan Layanan Bagi
Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan
khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa pendidikan dan
layanan khusus yang disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu:
a.
Kelas Transisi
Kelas ini
diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak
tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga
pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi
merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD
dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.
b.
Sekolah Khusus (Sekolah Luar
Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1)
Layanan
pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa.
Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan
teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar
mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus.Untuk anak tunagrahita ringan
dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah
di SLB-C1.
c.
Pendidikan terpadu
Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan
bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai
kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru
Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber.
Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong
tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya
mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau
disebut dengan lamban belajar (Slow Learner).
d.
Program sekolah di rumah
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram
dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal
ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
e.
Pendidikan inklusif
Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusif. Model ini
menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip
“Education for All”.Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah
reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas
dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua)
orang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk
memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai
kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta
kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam
tahap rintisan
f.
Panti (Griya) Rehabilitasi
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang
mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki
kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik.Program di panti
lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal
:
·
Pengenalan diri
·
Sensorimotor dan persepsi
·
Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke
tempat lain)
·
Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi
·
Bina diri dan kemampuan social
6.
Pendidikan Anak Tunagrahita di Indonesia
Di
Indonesia perkembangan pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus dimulai
sebelum masa kemerdekaan yaitu dengan berdirinya, untuk pertama kali, Lembaga
Penyandang Cacat Tunanetra di Bandung pada tahun 1901. Pada 1927 dibuka sekolah
bagi anak tunagrahita di kota yang sama dan pada saat yang hampir bersamaan
didirikan sekolah khusus bagi anak tunarungu pada 1930 di Bandung juga.
Tujuh
tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan yang
pertama mengenai pendidikan khusus. Mengenai anak-anak yang mempunyai kelainan fisik
atau mental , undang-undang
itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus
untuk mereka yang membutuhkan ( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu anak-anak tersebut ( pasal 8) yang
mengatakan semua anak-anak
yang sudah berumur 6 tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan belajar disekolah
sedikitnya 6 tahun dengan ini berlakunya undang-undang tersebut maka sekolah-sekolah baru yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat.
Kemudian
pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang- undang no 20 tentang system
pendidikan nasional ( UUSPN ). Dalam undang-undang tersebut dikemukakan hal- hal
yang erat hubungan dengan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan
khusus, beberapa diantaranya sebagai berikut :
a.
Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang
memiliki kelainan fisik,emosionl,mental,intelektual atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.
b.
Bab V bagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1 )
Pendidikan khusus bagi peserta yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik,emosional,mental,sosial atau memiliki
potensi kecerdasan.
Dan
untuk anak tunagrahita, di indonesia telah ada berbagai layanan pendidikan yang
disediakan agar anak tunagrahita bisa mendapatkan pendidikan seperti halnya
anak pada umumnya. Ada berbagai macam layanan pendidikan bagi anak tunagrahita
saat ini, contohnya SLB C, sekolah inklusif dan masih banyak lagi. Di Indonesia
pendidikan yang inklusif atau menuju inklusif pun terus digencarkan, setidaknya
mulai 2001 pendidikan inklusi telah menjadi program Direktorat Pendidikan Luar
Biasa yang bertugas untuk mengatur pelaksanaan pendidikan luar biasa tidak
hanya di SLB namun juga di sekolah-sekolah reguler, termasuk salah satunya
adalah membekali para guru di semua sekolah reguler dengan pengetahuan dan
keterampilan layanan bagi anak berkebutuhan khusus. Beberapa sekolah pun baik
itu SD, SMP, dan SMA reguler telah ditunjuk menjadi sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif.Walaupun memang dalam pelaksanaannya masih terdapat
hambatan.
C.
PEMBAHASAN
1.
Data
Umum dan Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah
Data Umum
Nama
Informan : DANI
KURNIADI
Status
Informan :
(*Kepala Sekolah/Guru/Orang tua)
Masa
Kerja : **
Tanggal
Wawancara : 15 November
2013
Pertanyaan
1. Bagiamana
latar belakang terbentuknya sekolah kelas inklusi ini?
Pada
tahun 1986 SDN kami merupakan pecahan dari SDN Cisalak 1 yang pada saat itu SDN
Cisalak 1 muridnya sangat banyak, sehingga manajemen sekolahpun perlu dibagi 2
supaya lebih terkondisikan. Khusus SDN Kami mengapa membentuk kelas inklusi di
karenakan kepedulian kami terhadap anak berkebutuhan khusus. Kemauan dan
motivasi tinggi dari guru kami yang siap membantu anak anak yang mengalami
Perhatian khusus atau BABK.
2. Apa
sajakah yang menjadi persyaratan bagi calon anak didik untuk masuk ke sekolah
kelas inklusi ini?
Tidak
ada seleksi untuk bisa masuk di sekolah kami, kalau memang ada yang membutuhkan
bantuan kami untuk mendidik putra dan putrinya kami siap dan akan selalu
membantu dengan sepenuh hati.
3. Bagaimana
sarana dan prasarananya?
Berhubung
kelas inklusi yang ada di sekolah kami masih baru, sarana dan prasaranpun masih
belum komplit. Teapi seiring berjalannya waktu dan proses insyaAllah untuk
kedepannya sarana dan prasarana akan kami lengkapi.
4. Bagaiaman
latar belakang tenaga pengajar sekolah kelas inklusi ini?
Ada
beberapa kategori yang melatarbekalangi tenaga pengajar yang ada di seklolah
kami khususnya di kelas inklusi : S1 Kependidikan (PNS), Teknik, UT dan SMA
(Non PNS).
5. Bagaiaman
sistem pembagian kelas yang digunakan sekolah inklusi ini?
Untuk
pembagian kelas di sekolah kami tidak ada yang dibeda bedakan, tetapi pada anak
yang mengalami kebutuhan khusus seperti tunagrahita paling perhatiaanya yang
agak di khususkan.
6. Bagaimana
proses atau tahap pelayanan yang dilakukan Sekolah kelas inklusi ini kepada
anak tunagrahita?
Tergantung
kebutuhan dari tingkat anak yang memiliki kebutuhan khusus. Kalau misalkan anak
memiliki kebutuhan khusus berat maka pertemuan belajarnyapun padat, tetapi
kalau misalkan hanya berkebutuhan ringan sedikitnya 2 kali pertemuan dalam satu
minggu.
7. Bagaimana
kerjasama antara sekolah kelas inkuiri dengan lembaga lain dalam hal minat dan
bakat anak tunagrahita?
Sejauh
ini ada beberapa kampus yang sering melakukan kegiatan observasi yaitu dari
Uversitas Indonesia Jurusan Psikologi. Dalam kegiatan itu kami dan mahaiswa
saling berbagi informasi mengenai kelas Inkuri ini. Dan yang saat ini mungkin
dari Universitas Pendidikan Indonesia yang berkunjung ke sekolah kami, mudahan
mudahan untuk kedepannya kamu dan mahasiswa bisa bekerja sama, tidak hanya sebatas
observasi atau penelitian saja.
8. Sejauh
mana guru memiliki peran untuk mendukung anak tunagrahita untuk mengembangkan
minat dan bakatnya?
Dalam
bimbingan anak berkebutuhan khusus. Khususnya anak yang mengalami tunagrahita
perhatian guru sangat memperhatikan sekali. Di sekolah anak di bimbing supaya
setiap harinya anak yang memiliki tunagrahita tersebut dapat berkembang.
Kemudian kalu di rumah kami sebagai pendidik terus berkomunikasi menanyakan
bagaimana perkembangan peserta didik supaya tidak lepas kontrol. Ini demi
kemajuan perkembangan peserta didik yang mengalami tunagrahita tersebut.
2.
Data
Umum dan Pertanyaan Wawancara Untuk Guru :
Data Umum
Nama
Informan : SUPRIYONO
Status
Informan :
(*Kepala Sekolah/Guru/Orang tua)
Masa
Kerja : **
Tanggal
Wawancara : 15 November
2013
Pertanyaan :
1.
Apa sajakah yang harus anda persiapkan
sebelum proses belajar-mengajar di kelas
yang terdapat anak tunagrahita?
Ada beberapa yang harus
dipersiapkan secara khusus mengenai kelas tunagrahita ini :
a.
Kelas
khusus yang luasnya tidak terlalu luas dengan kelas biasa. Ini bertujuan untuk
membina dan mengembangkan anak yang mengalami tungrahita supaya lebih fokus
dalam belajar
b.
RPP,
seperti pada pembelajaran pada umumnya dikelas inklusi ini pun kami menggunakan
rpp supaya pembelajaran bisa teraharah
c.
Media
pembelajaran, ini dimaksudakn untuk memperjelas materi pembelajaran yang akan
disampaikan. Mengenami media pembelajaran di kelas inklusi ini sangat
diwajibkan untuk diadakan.
2.
Metode apa sajakah yang digunakan dalam
proses belajar-mengajar untuk
anak tunagrahita?
Dalam memilih metode
pada anak yang mengalami tunagarihita tergantung masalah apa yang dimiliki oleh
anak tunagrahita tersebut. Misalanya anak tunagrahita yang memiliki kesulitan
untuk membaca. Anak tunagrahita pada umumnya
memiliki keterlambatan dalam bidang kognitif yakni dalam pembelajaran, anak
tunagrahita memerlukan waktu yang banyak dibandingkan dengan anak yang lainnya,
serta anak tunagrahita memerlukan dorongan untuk dapat memahami isi materi sesuai
dengan kemampuannya, dan anak tunagrahita juga memerlukan metode khusus untuk
mempelajari keterampilan membaca tersebut. Kegiatan membaca mencakup kegiatan
menggunakan kesan sensori visual dan hasil interprestasi bersama-sama dengan
latar belakang pengalaman untuk membangun makna. Membangun makna dari bacaan
merupakan proses aktif dalam membaca. Pembaca tidak hanya menyerap makna dengan
mengambil dari kata-kata yang dilihat dengan mata, tetapi mereka juga harus
berinteraksi dengan teks melalui informasi yang ada dalam latar belakang
pengetahuan yang dimiliki anak tersebut. Dengan mengunakan Metode Fonik untuk
meningkatkan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan. Dengan
demikian metode fonik lebih sintesis dari pada analitis.
3.
Keterampilan apa sajakah yang di ajarkan
kepada anak tunagrahita?
Dikelas sekolah inklusi
kami sebenarnya banyak sekali keterampilan yang kami ajarkan disini, tergantung
minat dan bakat anak tersebut. Teapi yang paling muncul di sekolah kelas
inklusi kami yaitu keterampilan berolahraga. Hal ini dibuktikan dengan berbagai
macam prestasi yang telah kami dapatkan, misalnya di tingkat kecamatan dan
kabupaten.
4.
Apa setiap keterampilan yang iajarkan
kepada anak tunagrahita sesuai dengan minat dan bakatnya?
Tentu saja! Sesuai dengan
penjelasan sebelumnya bahwa keterampilan yang kami ajarkan disesuaikan dengan
minat dan bakat anak tersebut. Kalau misalkan anak tersbut memiliki
keterampilan dalam olahraga seperti sepakbola maka kami akan mendukung dan
memfasilitasi anak tersebut. Dan apabila anak memiliki keterampilan dibidang
musik maka kami juga akan mengajarkannya.
5.
Bagaimana sarana dan prasarana yang
mendukung anak tunagrahita mengembangkan minat dan bakatnya?
Kelas inklusi yang baru
kami bentuk memang masih baru. Kalau berbicara sarana dan prasaran memang
sebagian ada tetapi tidak begitu lengkap. Hal itu tidaka menjadi penghalang
buat kami untuk terus melaksanakan kelas inklusi ini. Yang terpenting kami bisa
membantu orang yang memang membutuhkan bantuan kami.
6.
Selama ini sejauh mana peran anda dalam
mengembangkan minat dan bakat anak tunagrahita?
Disekolah memang kami
sangat mengontrol sekali perkembangan anak didik kami. Tetapi ketika dirumah
kami juga terus berkoordiinasi dengan orang tua supaya tahu perkembangan anak
tersbut, supaya tidak lepas kontrol.
7.
Bagaimana hambatan atau kesulitan bagi
guru untuk melatih ataupun mengembangkan minat dan bakat anak tunagrahita?
Hambatan dan kesulitan
itu pasti ada, apalagi pada anak yang memiliki tunagrahita. Dalam proses
pembelajaran kelas inklusi kususnya tunagrahita sangat tergantung sekali pada
media pembelajaran yang kami butuhkan. Sedangkan dikelas kami hal tersebut
sangatlah terbatas.
8.
Bagaimana kerjasama ataupun komunikasi
antara guru dan orang tua anak tunagrahita dalam mengembangkan potensi yang di
miliki anak tunagrahita?
Komunkasi antara guru
dengan orang tua sampai saat ini berjalan dengan baik. Alhamdulillah orang tua
yang menyekolahkan anaknya di sekolah kami mau berkerja sama dengan baik. Hal
ini terbukti bahwa orang tua terus melaporkan perkembangan anaknya di rumah
begitupun kami sebagai guru terus melaporkan perkembangannya kepada orang tua
murid.
3.
Data
Umum dan Pertanyaan Wawancara Untuk Orang Tua :
Data Umum
Nama
Informan : NUROSIDAH
Status
Informan :
(*guru/orang tua)
Tanggal
Wawancara : 15 November
2013
Pertanyaan :
1.
Apakah
ada gejala khusus sejak dini dari anak ibu/bapak sehingga dikatakan anak
tunagrahita?
Semenjak
umur 5 bulan agus mengalami kejang kejang yang cukup serius, kemudian dibawa ke
rumah sakit-rumah sakit terdekat di sekitar rumahnya kondisi tidak sembuh
sembuh. Tidak hanya itu agus juga mengalami batuk batuk yang tidak biasa.
2.
Apa yang anda ketahui tentang SLB/Kelas
Inklusi ini?
Awalnya saya tahu
informasi mengenai sekolah inklusi ini dari teman saya yaitu Bapak Supriyono
yang merupakan guru di sekolah ini. Sebelumnya memang saya mencari tahu kesana
kemari untuk menyekolahkan anak saya kemudian ada kabar dari Pak Supriyono
bahwa sekolahnya mebuka kelas inklusi yang bersedia membantu saya untuk dapat
mendidik anak saya yang mengalami tunagrahita untuk sekolah di sekolah Pak
Supriyono. Sayapun langsung menyekolahkan anak saya di sekolah tersebut smapai
sekarang anak saya sudah mengalami perkembangan yang cukup baik.
3.
Apa yang menjadi motivasi anda untuk
menyekolahkan salah satu anggota keluarga anda di SLB ini?
Semua orang tua pasti
menginginkan anaknya hidup normal seperti anak anak pada umumnya. Ditambah lagu
Agus merupakan anak laki laki yang suatu saat bakal memiliki tanggung jawab.
Dimanapun agus bersekolah yang pasti saya sebagai orang tua ingin agus sembuh.
Dan agus sendiri sangat bersemangat sekali untuk sekolah. Itulah yang menjadi
motivasi buat saya untuk menyekolahkan agus.
4.
Bagaimana latar belakang yang dimiliki
anak tunagrahita bila di rumah?
Agus bila di rumah sama
seperti anak biasa. Dia bisa bermain bola, bermain alat musik bahkan dia bisa
berenang asalakn ada teman yang mengajak agus untuk melakukan kegiatan
tersebut.
5.
Bagaimana hubungan keluarga yang
terjalin bila di rumah?
Alhamdulillah hubungan
antar anggota keluarga bila dirumah baik baik saja, khsususnya pada agus dia
penurut kalau di rumah.
6.
Apa ada bentuk perhatian atau didikan
tersendiri bagi anak tunagrahita bila di rumah?
Tidak ada, sama seperti
anak biasa pada umumnya.
7.
Apa anda mengetahui hobi ataupun minat
yang dimiliki anak anda?
Ya! Saya sangat
mengetahui sekali. Agus sangat menyukai olahraga khususnya bermain sepak bola.
Sesuai dengan yang tadi saya jelaskan asalakan ada temannya yang mengajak.
Kalau misalkan tidak ada temannya agus tidak mau.
8.
Apa anda senang dengan kelebihan ataupun
bakat dan minat yang dimiliki anak anda?
Tentu saya sangat
senang. Apapun minat dan bakat yang anak saya sukaipasti saya akan dukung.
Bahkan saya sudah menyediakan alat alat musik di rumah karena agus suka sekali
yang namanya musik.
9.
Sejauh mana peran anda untuk mendukung
dan mengembangkan minat dan bakat tersebut?
Tidak dapat di ukur
karena saya sebagai orang tua wajib memperhatikan bagaimanapun kondisi anak
saya. Karena itu amanat dari Allah Swt yang harus saya lakukan.
10.
Bagaimana hubungan anda dengan guru
untuk terus melatih dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak anda?
Hubungan saya mengenai
perkembangan agus dengan Gurunya berjalan dengan baik. Hal ini tentu harus di
jaga. Karena komunikasi antar saya dengan guru agus di sekolah harus tetap berjalan
hatl ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan agus.
4.
Identitas dan Informasi Anak yang mengalami
Tunagrahita
a.
Identitas Anak Tunagrahita
Nama : Agus Kurniawan
Jenis kelamin : Laki – laki
TTL : Depok, 11 Agustus 2000
Agama : Islam
Pendidikan : kelas III SD
Jenis kelainan : Tunagrahita
Anak urutan ke : 1 dari 2 bersaudara
Orang tua
Nama Ayah : -
Usia : -
Agama : -
Pendidikan : -
Pekerjaan :
Alamat :
Nama
Ibu : Nurosidah
Usia :
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Guru
Alamat : Depok
b.
Gejala yang nampak Pada Agus
Kurniawan yang mengalami Tunagrahita
Sebelumnya
Agus Kurniawan merupakan anak yang mengalami tunagrahita cukup berat. Tetapi
sesuai dengan informasi yang kami peroleh sewaktu melakukan observasi pada
tangal 15 November 2013 bahwa agus sudah tidak lagi di kategorikan sebagai anak
tunagrahita berat. Di karenakan anak
tersebut sudah menjalani pendidikan di sekolah inklusi ini selama 3 bulan
berjalan. Dari proses penendidikan tersebut, Agus Kurniawan sudah mengalami
peningkatan yang signifikan. Secara langsung sesuai dengan observasi yang kami
laksanakan bahwa anak ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Ciri- ciri
fisik yang ada pada anak ini
adalah wajahnya
seperti anak mongoloid/kembar sedunia, tetapi bentuk kepala normal seperti biasa. Perkembangan
sosial emosionalnya masih kurang stabil. Ia mudah marah apabila diganggu oleh
temannya dan juga orang asing. Tetapi ia tidak pernah
memukul/mencubit teman sekolahnya. Di sekolah, anak ini agak pemalu.
Terutama jika bertemu dengan orang asing/orang yang baru dikenalnya. Ia akan
menundukkan kepalanya saat di ajak berbicara
oleh orang asing.
Bahkan ketika ia di ajak untuk berkomunikasi dengan orang baru pasti ia akan
menghindar dengan cara membuat suatu alasan untuk dapat menghindar dari orang
asing. Misalnya ketika ia di ajak untuk berkenalan dengan orang baru pasti ia
akan melakukan kegiatan menghindar dengan alasan seperti “saya sakit perut, mau
ke toilet” padahal ia tidak ke toilet malah bersembunyi di belakang pintu
toilet dan adalagi mislanya ia beralasan “sakit kepala” padahal ia tidak sakit
dan masih banyak alasan alasan lainnya lagi untuk dia dapat menghindar dari
orang lain. Dalam
kesehariannya, ia berbicara dengan bahasa Indonesia. Apabila di ajak bercakap-
cakap, ia hanya akan menjawab seperlunya saja, sebatas satu atau dua kata. Tetapi dalam pengucapannya cukup jelas. Bahkan ia mampu mengkritik sesuatu
yang ada di sekitarnya. Apapun yang ia lihat pastia ia komentari dan dari segi
pengucapan kata sangat jelas sekali. Mata pelajaran yang paling ia sukai adalah olahraga dan musik. Ia pandai
sekali bermain bola dan futsal. Bahkan sesuai dengan informasi dari hasil
wawancara kami dengan Ibu Nurosidah
(Ibunda Agus) bahwa agus sangat suka sekali bermain futsal asalkan ada temannya
yang mengajak untuk bermain futsal. Di lihat dari segi motorik memang tidak
sepandai orang orang normal, tetapi agus ini sangat bersemangat sekali kalau
sedang bermain futsal. Dan selain itu juga agus bisa bermain musik seperti
piano. Dia dapat memainkan sedikitnya 4 lagu dengan menggunakan piano. Tidak
hanya piano, Ibunda Agus (Ibu Nurosidah) menyediakan gitar di rumahnya untuk di
pelajari tetapi sayangnya tidak ada orang yang di rumah dapat mengajarakn gitar
ke Agus. Dapat kami simpulkan bahwa secara keseluruhan anak yang kami observasi
di sekolah inklusi ini merupakan anak yang mengalami tunagrahita ringan
walaupun sebelumnya memiliki tunagrahita berat.
c.
Karakteristik
dan Masalah Perkembangan Anak Tuna Grahita
Pengamatan
|
No.
|
Tingkah
Laku yang Diamati
|
Hasil
Pengamatan
|
Keterangan
|
|
Ya
|
Tidak
|
||||
Siswa/Anak Tuna Grahita/Subjek
|
1.
|
Apakah
bisa menulis?
|
√
|
|
|
2.
|
Apakah
bisa membaca?
|
|
√
|
|
|
3.
|
Apa merasa senang sekolah di sini?
|
√
|
|
|
|
4.
|
Apakah memiliki banyak teman?
|
|
√
|
|
|
5.
|
Apakah
sering marah atau menangis karena alasan yang tidak jelas?
|
|
√
|
|
|
6.
|
Apakah
bisa melakukan segala sesuatu dengan mandiri?
|
|
√
|
|
|
7.
|
Apakah
suka bermain dengan temannya?
|
√
|
|
|
|
|
Apakah
suka menyendiri?
|
√
|
|
|
|
|
Apakah
suka menghindar dari tatapan mata orang lain?
|
√
|
|
|
|
|
Apakah
emosinya tidak stabil?
|
|
√
|
|
|
|
Apakah
hiperaktif?
|
|
√
|
|
|
|
Apakah
merespon ketika namanya di panggil?
|
√
|
|
|
|
|
Apakah ekspresi wajahnya datar?
|
√
|
|
|
|
15.
|
Apakah sering menunjukkan perilaku
yang terlihat aneh atau tidak lazim, contoh mengepakkan tangan, mengayun-ayun
badan, loncat-loncat, berlari-lari tanpa henti, dan sebagainya.
|
√
|
|
|
|
Guru
|
1.
|
Guru
dapat menenangkan anak tunagrahita yang sedang bersikap agresif atau
membuat kekacauan di sekolah
|
√
|
|
|
2.
|
Guru
membimbing anak tuna grahita
ketika pembelajaran berlangsung agar anak memperhatikan.
|
√
|
|
|
|
3.
|
Guru
membimbing anak tunagrahita
ketika pembelajaran berlangsung agar anak memahami pelajaran.
|
√
|
|
|
|
4.
|
Guru
memberikan penguatan terhadap anak tunagrahita yang tingkah laku dan emosinya tidak
terkontrol
|
√
|
|
|
|
Teman
|
1.
|
Menghampiri
anak tuna grahita
dan bermain bersama ketika istirahat di sekolah
|
√
|
|
|
2.
|
Sering
terlibat perkelahian
|
|
√
|
|
|
3.
|
Mengobrol
atau berinteraksi dengan temannya saat di kelasa ataupun saat istirahat.
|
|
√
|
|
|
Gedung/ RuangKelas
|
1.
|
Warna
kelas yang mencolok
|
√
|
|
|
2.
|
Banyak
terdapat mainan atau benda-benda yang sering di gunakan oleh anak tunagrahita
|
√
|
|
|
|
3.
|
Terdapat
benda-benda yang dapat digunakan untuk melukai orang lain di dalam kelas atau
di luar kelas
|
|
√
|
|
d.
Foto-foto hasil Observasi
D.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah di
uraikan, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
a.
Anak
Tunagrahita tidak sama dengan Anak normal biasa, jadi butuh pengajaran khusus
bagi anak Tunagrahita
b.
Anak
Tunagrahita memiliki IQ yang lebih rendah di bamdimgkan dengan Anak normal
lainnya
c.
Anak
Tunagrahita mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri, setelah
tamat sekolah ia belum siap untuk bekerja, sedangkan ia tidak mungkin untuk
melanjutkan pendidikan. Akibatnya ia hanya tinggal di rumah yang pada akhirnya
ia merasa frustasi.
d.
Anak
Tunagrahita memiliki masalah dalam kehidupan sehari-hari, masalah kesulitan
belajar, masalah penyesuaian diri, masalah penyaluran ke tempat kerja.
E.
REFERENCE
Farid, A. (2013, januari 11). Abraham Farid.
Retrieved november 20, 2013, from pendidikan-khusus-bagi-anak-tunagrahita.htm:
http://farid-plbuns2012.blogspot.com/2013/01/pendidikan-khusus-bagi-anak-tunagrahita.html
Lala. (2011, april
26). Lala. Retrieved november 20, 2013, from pengertian-tunagrahita:
http://tunagrahita.com/2011/04/pengertian-tunagrahita/
Ratri, A. (2012,
november 18). Anggraeni Ratri. Retrieved november 20, 2013, from
faktor-penyebab-tunagrahita-ada.html:
http://ratri-plbuns12.blogspot.com/2012/11/faktor-penyebab-tunagrahita-ada.html
Rianto, H. (2012,
oktober 16). Hambali Rianto. Retrieved november 19, 2013, from
pembinaan-anak-tuna-grahita.html:
http://manesa08penjas.blogspot.com/2012/10/pembinaan-anak-tuna-grahita.html
Sari, R. M. (2012,
mei 2). Revi Mayang Sari. Retrieved november 20, 2013, from
karya-tulis-anak-tunagrahita.html:
http://revisari13.blogspot.com/2012/05/karya-tulis-anak-tunagrahita.html
Somantri, T. S.
(2006). psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama.
wikipedia. (2013,
november 4). wikipedia. Retrieved november 20, 2013, from
wiki/Tunagrahita: http://id.wikipedia.org/wiki/Tunagrahita